Gerakan Literasi Sekolah
Kegiatan Literasi
Gambar : literasi budaya
Latar Belakang Gerakan Literasi Sekolah
- Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memperkuat adanya gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.
- Kompetensi abad 21 Literasi,Karakter, 4 C
- Asesmen Nasional (literasi membaca, numerial, survey karakter)
- Hasil PISA 2012 Indonesia rangkin 64 dari 65 negara peserta dalam hal reading literacy
Apa itu Gerakan Literasi Sekolah
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perbukuan pasal 1 ayat 4menjelaskan bahwa literasi adalah keterampilan dalammemaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Gerakan literasi sekolah adalah gerakan yang bertujuan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat untuk belajar (membaca dan menulis) agar warganya bisa selalu literat sepanjang hidup dengan melibatkan peran publik.
Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti para peserta didik agar menjadi insan literat sepanjang hidup melalui ekosistem literasi yang dibangun dalam gerakan literasi sekolah.
Target utama dari GLS yang dicanangkan kemendikbud ini adalah menciptakan ekosistem pendidikan di sekolah yang literat. Ada lima indikator ekosistem pendidikan di sekolah yang literat, diantaranya:
1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;
2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan
5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan Menyenangkan dan Ramah
Komponen Gerakan Literasi Sekolah
- Literasi Dini
Kemampuan menyimak, memahami Bahasa lisan, berkomunikasi dengan gambar
- Literasi Dasar
Kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, menghitung, menganalisis, mengkomunikasikan, mengambil kesimpulan.
Jenis literasi dasar :
- Literasi baca tulis
literasi baca-tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
- Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
- Literasi sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains adalah ansambel dari praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan, yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan.
- Literasi Digital
literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.
- Literasi Budaya dan kewarnegaraan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.
- Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan penekanan mengenai pentingnya inklusi finansial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari literasi finansial. Pengertian inklusi finansial sendiri adalah sebuah proses yang menjamin kemudahan akses, ketersediaan, dan penggunaan sistem keuangan formal untuk semua individu.
- Literasi Perpustakaan
Memahami produk perpustakaan, membedakan fiksi dan non fiksi
- Literasi Teknologi
Kemampuan memahami perangkat keras dan lunak
- Literasi Media
Kemampuan mengetahui berbagai bentuk media
- Literasi audio visual
Mengembangkan kemampuan kebutuhn belajar dengan memanfaatkan materi visual/audio visual
Tahap Literasi
- Tahap Pembiasaan
Tahap pembiasaan adalah tahap awal dari kegiatan literasi disekolah dengan belum ada tagihan, yang dimulai dengan kegiatan pembiasaan membaca buku 15 menit setiap hari sebelum jam pembelajaran, membaca dpat dilakukan secara nyaring (read aloud) secara Bersama dan semua warga sekolah membaca senyap / membaca dalam hati (sustained silent reading) dan membangun fisik sekolah yang kaya dengan literasi, dengan kegiatan menyediakan perpustakaan sekolah, sudut baca dan area baca yang nyaman, literasi di ruangan UKS, dikantin, dimushalla, serta pengembangan sarana lain misalnya kebun sekolah, green house, kolam, lubang biopori, sudut Budaya, ruangan seni, ruang anak, ruangan inskulusi, pojok bermain. Menyediakan koleksi teks cetak, visual, digital, maupun multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah. Pembuatan bahan kaya teks, misalnya froklor, kumpulan karya siswa dan guru.
- Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan adalah tahap yang dilaksanakan secara rutin tetapi sudah ada tagihan sederhana untuk penilaian non akademik. Kegiatan disekolah :
- Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pembelajaran dimulai melalui kegiatan membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca Bersama dan atau membaca terpadu diikuti kegiatan lain diiringi tagihan non akademik, contoh Membuat kesimpulan yang dibaca pada hari itu, Membuat peta cerita (story map), menggunakan grafic organizer, bincang buku, bedah buku.
- Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, akfektif sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan, antara lain :
- memberikan penghargaan pada capaian perilaku positif, kepedulian social, dan semangant belajar peserta didik, pemberian penghargaan ini dapat dilaksanakan pada saat upacara hari senin atau peringatan hari besar nasional,
- Kegiatan-kegiatan akdemik lainnya yang mendukung terciptanya Budaya literasi disekolah (belajar dikebun sekolah, green house, kolam sekolah, lobang biopori, kantin sekolah, koperasi sekolah study banding perpustakaan, belajar ditaman bacaan masyarakat)
- Pengembangan Kemampuan literasi melalui kegiatan sekolah diperpustakaan sekolah, perpustakaan kota, perpustakaan provinsi, taman bacaan, sudut baca kelas, pojok baca sekolah dengan kegiatan membaca nyaring, membaca senyap, menonton film pendek, mengasah otak dengan permainan (alma, ular tangga, congklak, catur), dan membaca buku fiksi, non fiksi, membaca buku digital, menggambar, Membuat peta konsep, berdiskusi, berbincang-bincang/membedah buku, melaksanakan kegiatan porchas (wawancara) langsung direkam. Membuat vedio yang kaya dengan literasi.
- Tahap Pembelajaran
Tahap pembelajaran adalah tahap terjadi proses dengan ada tagihan akademik. Kegiatannya :
- Membaca lima belas menit secara nyaring, senyap, membaca Bersama, atau membaca terpandu dikuti kegiatan lainnya dengan tagihan akadenik dan non akademik. Misalnya setelah membaca siswa diminta Menciptakan puisi, setelah mencari bahan diperpustakaan siswa diminta mengisi madding kelas/madding perpustakaan.
- Kegiatan literasi dalam pembelajaran, sesuai tagihan akademik kurikulum 2013.
- Melaksanakan berbagai strategi untuk Memahami teks dalam semua pelajaran
- Menggunakan lingkungan fisik social, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi diluar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran
Pelaksanaan Gerakan Literasi di Sekolah
- Lingkungan Fisik Sekolah
- Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor
(kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
- Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang
kepada semua peserta didik.
3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung di
kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5) Kantor kepala sekolah, ruangan wakil, ruangan tata usaha memajang karya peserta didik dan
buku bacaan
6) Kepala sekolah, wakil Kepala, guru, dan karyawan bersedia berdialog dengan warga sekolah.
7) Perpustakaan yang lengkap dapat memenuhi kebutuhan literasi warga sekolah
- Lingkungan social , afektif
- Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan non akademik) diberikan secara
rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.
2) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya, hari buku
nasional/internasional, merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4) Terdapat budaya kolaborasi antar guru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing.
5) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan program
literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan
program literasi.
- Lingkungan Akademik
- Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk
pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent
reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca Bersama
(shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku,
presentasi (show-and-tell presentation).
3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain.
4) Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di
sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku
berbasis ilmu pengetahuan.
Hubungan Asesmen Nasional dengan literasi
Asesmen Nasional adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah. Asesmen Nasional dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan ketercapaian kurikulum pada satuan Pendidikan. Asesmen Nasional merupakan program penilaian terhadap mutu setiap sekolah/madrasah. Asesmen ini juga tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya, menggunakan Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai konteks yang relevan.
Asesmen Nasional nantinya akan terdiri dari tiga instrumen, yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), komponen AKM terdiri dari literasi membaca dan literasi matematika (numerasi).
Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan kapasitas individu, sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat. Mendikbud menekankan, literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca. "Literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka," papar Nadiem.
Jadi hubungan asesmen nasional dengan literasi adalah sangat erat kaitannya. Literasi membaca termasuk kompetensi mendasar yang diuji dalam AKM. Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
Sekolah untuk dapat mencapai asesmen nasional yang baik, dapat melaksanakan kegiatan Gerakan literasi sekolah, karena kegiatan literasi di sekolah membiasakan peserta didik untuk membaca, menganalisis, dan Memahami konsep tulisan. Kegiatan membaca lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai untuk membiasakan pserta didik membaca, Membaca dapat dilakukan secara nyaring maupun senyap. Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal.
Strategi Gerakan Literasi Sekolah
- Membentuk Tim Gerakan Literasi Sekolah baik tim guru maupun tim peserta didik
- Sosialisasi Gerakan Literasi Sekolah
- Membangun komitmen Bersama
- Melengkapi dan memperbaiki sarana prasarana yang mendukung GLS
- Mengadakan Wokshop/IHT/Seminar berkaitan dengan Gerakan lietrasi sekolah
- Melaksanakan Kerjasama dengan melibatkan semua pihak
- Mengaktifkan kegiatan literasi sekolah (membaca, menulis, bedah buku, froklor)
- Mengadakan study banding/study tiru
- Mengadakan lomba intern/ekstern
- Memberikan reward dan funishme
Data : Kemendikbud RI