Pembelajaran Berpihak Pada Murid
Pembelajaran Berdifrensiasi
Tahun Pelajaran 2022/2023 sekolah sudah mengarungi samudra pendidikan sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada bulan tahun 2022. Pada tahun ajaran Sekolah memilih kurikulum 2013 dan ada IKM secara mandiri. Pelaksanaan Implementasi kurikulum secara mandiri ada 3 pilihan yaitu Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi. Sekolah telah memilih sesuai dengan kesiapan Sekolahnya.
Penerapan Pembelajaran pada Sekolah yang memilih IKM, Pembelajaran sudah dilakukan berpihak pada anak, Pembelajaran disusun sesuai dengan Kodrat dan zaman anak itu berada. Dalam Menerapkan Pembelajaran yang berpihak pada murid tentu guru mempersiapkan rencana Pembelajaran sesuai dengan potensi anak.
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan dan membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, ketika seorang siswa memasuki sekolah, seorang guru mungkin perlu membantu seorang siswa yang sedang berjuang, tetapi pada saat yang sama, guru harus menjelaskan bagaimana membantu siswa tersebut agar sekolah dapat berjalan seperti biasa. Dalam perjalanan sehari, guru pasti akan melakukan tindakan ini, membuat jelas bahwa guru memiliki keterampilan multitasking (tugas ganda) yang diperlukan. Karena seberapa sering hal ini terjadi di ruang kelas dan bagaimana reaksi para guru yang bias, banyak siswa yang tidak menyadari ini. Semua kegiatan ini dilakukan oleh guru untuk menjamin bahwa setiap siswa di kelas berhasil dalam proses belajar mereka.
Contoh kasus Ibu Mimi adalah guru kelas XI dengan jumlah murid sebanyak 36 orang. Saat ini ia sedang mengajarkan materi tentang kebutuhan. Saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal tentang kebutuhan, di antara 32 murid di kelasnya tersebut, Bu Mimi melihat ada 5 murid yang selesai lebih dahulu. Karena dia tidak ingin kelima anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia memberikan lembar kerja tambahan untuk 5 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal tentang kebutuhan, maka untuk 3 anak tersebut, Bu Mimi memberikan 30 soal kebutuhan.
Memanfaatkan instruksi yang berbeda tidak berarti bahwa 32 siswa harus diajar dalam 32 cara yang berbeda oleh 32 guru yang berbeda. Bukan hanya itu, tetapi juga berarti bahwa guru harus mencakup banyak materi untuk siswa yang bekerja lebih cepat dibandingkan dengan generasi yang berbeda. Pembelajaran berdiferensiasi juga tidak berarti bahwa guru harus menyatukan hal-hal yang serupa dan yang tidak serupa. Belum lagi memberi setiap anak tugas yang berbeda untuk diselesaikan. Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya proses yang serba cepat dan kacau; sebaliknya, guru harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran secara bersamaan, di mana guru harus meninggalkan kelas dan kembali tepat waktu untuk membantu siswa A, B, atau C. Bukan. Guru, menurut saya, bukan hanya manusia super atau malaikat yang bisa terbang ke kota terdekat dan tiba di lokasi mana pun dalam satu ikatan.
Keputusan Ibu Mimi memberikan soal yang sama kepada kelima murid yang selesai lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Pertama karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar kelima murid tersebut tidak mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut kemungkinan membutuhkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Mimi perlu memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut. Inikah yang dikatakan Pembelajarn berdifrensiasi !
Pembelajaran berdifrensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Ciri-ciri/karakteristik Pembelajaran berdifrensiasi adalah :
- tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
- sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras
Karakteristik Pembelajaran berdifrensiasi akan terlihat di kelas dengan manajemen kelas yang efektif yang dipimpin oleh guru sebagai pemimpin Pembelajaran. Penilaian berkelanjutan dengan alat penilaian asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif. dan penilaian sesuai potensi murid, Anak dikelompokan sesuai potensi yang dimiliki, Merancang RPP mengakomodir semua kebutuhan anak dan Meminta produk sesuai kemampuan, gaya belajar, dan minat/bakat anak.
Berdasar pengalaman dilapangan masih ada guru mengajar mengelompokan anak sesuai kemampuan akademik, merancang RPP sama untuk semu anak, meminnta produk sesuai keinginan guru.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Kesiapan belajar murid (readiness)
2. Minat murid
3. Profil belajar murid
Dalam mengelompokkan murid guru bimbingan konseling mempunyai peran yang sangat penting, mengelompokkan murid dapat dilakukan dengan tes awal yaitu Asesmen Diagnostik , diagnostic dapat mengetahui kemampuan awal murid, sehingga guru dapat merancang Pembelajaran sesuai kemampuan murid. Ada Asesmen gaya belajar murid, hasil analisis asesmen ini dapat Mengelompokan anak sesuai dengan gaya anak ada yang kinestetki, visual, audio, untuk mengetahui bakat dan minat anak dapat dilakukan dengan Kerjasama dengan Lembaga psykolog. Guru BK menganalisis hasilnya di berikan kepada guru dan sebagai pedoman bagi guru untuk merancang dan melaksanakan Pembelajaran berdifrensiasi.
Guru yang hebat dapat mengembangkan nilai dan perannya sebagai guru, bagaimana tergerak, bagaimana bergerak, dan Bagaimana menggerakkan, nilai yang dimiliki guru berpihak pada anak, mandiri, reflektif, inovatif, dan kolaboratif. Guru mempunyai peran yang dominan Dalam Pembelajaran, peran guru sebagai pemimpin Pembelajaran, coach bagi guru lain, mendorong Kolaborasi, student agency (pemimpin bagi muridnya), dan mampu menggerakkan komunitas praktisi.
Maju Pendidikan Indonesia, Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar.
Sumber : Kemdikbudristek 2022 (Guru Penggerak)